santrismusim.blogspot-Tasikmalaya, 20 Februari 2022. Lima orang utusan RG-UG SMUSIM memenuhi undangan dari Tsanawiyah Pesantren Persatuan Islam nomor 42 Sukaresik untuk menghadiri Seminar Pelajar Islam (SPI).
Mengusung tema "Menjaga Identitas Santri Sebagai Pelajar Islam di Tengah Perubahan Zaman", SPI yang dilaksanakan oleh bidgar Pendidikan RG-UG PPI 42 Sukaresik itu berjalan dengan baik.
Para tamu undangan disambut dengan penampilan calung dari tuan rumah, membawakan beberapa lagu Mars Persis.
gambar 2; Penampilan Calung PPI 42 |
gambar 1: Penampilan Calung PPI 42 |
Ketua pelaksana menyampaikan bahwa tujuan dari seminar itu adalah untuk menyiapkan amunisi dan kapasitas pelajar islam agar mampu merebut kembali peradaban dan berbaur dengan kehidupan di luar.
"Persis lahir dari hasil diskusi sebuah perkumpulan kecil ulama-ulama kita terdahulu," ungkap Mudir Tsanawiyah PPI 42 Sukaresik.
"Dengan diadakannya seminar ini, diharapkan generasi muda islam pada zaman ini mampu meneruskan khazanah keilmuan para ulama Persis terdahulu,"begitu papar beliau menutup sambutannya.
SPI dihadiri serta dibuka langsung oleh ketua PC Persis Sukaresik, Ust. Misbah.
Tak tanggung-tanggung, panitia mengundang Kabid Kominfo PP Persis dan Sejarawan Persis, Ust. Dr. Pepen Irfan Fauzan M,Hum sebagai pembicara dalam seminar tersebut.
Ustadz Pepen menyampaikan, "Jati diri dari seorang pelajar itu haruslah mencapai fase insan kamil. Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar dapat mencapainya, antara lain: Kendali Diri, Leadership, dan Ilmu Pengatahuan."
Berlangsung dengan meriah, Ustadz Pepen mengajak para peserta seminar berdialog dengan bebas tanpa dibatasi dengan termin-termin untuk sesi tanya jawab.
gambar 5: Pemateri |
Jawaban dari beliau berdasarkan pengalaman pribadinya adalah:
1). Tahu betul perasaan sendiri
2). Belajar dari pengalaman-pengalaman tragis
3). Belajar dari biografi tokoh untuk bercermin darinya.
Al-ustadz juga menyampaikan bahwa media belajar utama sebagai pelajar islam di masa kini adalah gawai.
Beliau kurang setuju terhadap pesantren-pesantren Persis yang tidak memperbolehkan penggunaan smartphone karena dianggap hanya membawa efek negatif
"Pada zaman ini, gawai bukan sekedar media tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan demikian, seharusnya penggunaan gawai di sekolah-sekolah itu tidak dilarang, yang perlu dilarang adalah penggunaan berlebihannya ataupun negatifnya."
Agar dapat menciptakan efek positif dari gawai, Ustadz Pepen mengajak para pelajar Persis untuk berlomba-lomba dalam mengisi halaman Tulaabunaa pada majalah Ar-Risalah sebagai pembelajaran dakwah bil kitabah.
0 Comments:
Posting Komentar